KALAMANTHANA, Muara Teweh – Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, terus mengevaluasi pelayanan terhadap jemaah haji asal daerah ini. Bupati Nadalsyah berpendapat, pendamping haji harus benar-benar menguasai bahasa, minimal bahasa Arab dan bahasa Inggris.
“Berhubung sebagian besar jemaah asal Kabupaten Barut tidak menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris, sebaiknya pendamping haji menguasai dua bahasa tersebut. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi kita untuk tahun-tahun mendatang,” ujarnya saat syukuran kedatangan jemaah haji asal Kabupaten Barut di Muara Teweh, kemarin.
Menurut Nadalsyah, tujuan akhir setiap orang berhaji adalah meraih keridhoan Allah SWT dengan memperoleh derajat haji yang mabrur. Ini akan tampak pada perubahan sikap mental dan amaliah sehari-hari. Seseorang yang telah kembali dari tanah suci, akan memulai hidup dengan lembaran baru, hatinya suci bersih laksana bayi yang baru dilahirkan. Pergaulannya diwarnai kejujuran serta kepedulian sosialnya terhadap kaum dhuafa akan lebih meningkat.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barut Tuaini Ismail mengatakan, selama ibadah haji, apapun peristiwa yang terjadi, baik per jam, per hari, dan per minggu selalu dipantau. “Catatan dan evaluasi bagi Kementerian Agama Barut, ternyata kelemahan petugas dibidang bahasa, karena kemampuan berbahasa Arab tidak bisa dan bahasa Inggris pas-pasan,” ucapnya.
Ia menambahkan, sesuai dengan jumlah daftar resmi, jemaah haji Barut yang berangkat ke Tanah Suci sebanyak 169 orang. Jumlah jemaah yang kembali juga lengkap 169 orang, kendati ada yang bertahan di Banjarmasin dalam keadaan sakit.(mel)
Discussion about this post