MELALUI pintu pariwisata, Banyuwangi jadi sangat dikenal di penjuru dunia. Padahal, dulu dikenal dengan hal yang seram-seram. Sekarang suasananya beda. Banyuwangi jadi destinasi wisata yang keran,” ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Arief kenal betul Banyuwangi. Di sanalah dia dilahirkan. Dia juga ingat, dulu Banyuwangi dikenal sebagai dukun santet, melintasi alas purwo, hutan konservasi yang seram dengan isu begal dan bajing loncat. Tak ada wangi-wanginya sama sekali.
Kini, siapa yang tak kenal Pantai Plengkung, Kawah Ijen, The Seven Giants Waves Wonder, Pantai Pulai Merah, Pantai Watu Dodol, Teluk Hijau, atau Pantai Rajegwesi? Banyuwangi, kabupaten yang dipimpin Bupati Abdullah Azwar Anas itu punya 48 event sepanjang 2016 dan dinobatkan sebagai juara dunia versi UN-WTO.
Ibarat ikan, Banyuwangi ini hanya ikan kecil yang berenang di sekitar hiu dan paus. Dia hanya mengambil sisa-sisa makanan yang belum sempat ditelan oleh raksasa dan predator pariwisata bernama Bali. “Pausnya adalah Bali, ikan kecilnya adalah Banyuwangi. Mengoptimalkan sisa-sisa saja, Banyuwangi sangat maju, dengan 30 ribu wisman dan 1.5 juta wisnus setahun,” ungkap Arief.
Konsep Bali and Beyond itu, diam-diam sudah digas di Banyuwangi. Bupati Azwar Anas tidak mau banyak berteori, juga tidak mau banyak berargumentasi. Dia manfaatkan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, dengan menyediakan atraksi dan amenitas di kawasan itu. “Akhirnya, sebelum orang menyeberang ke Bali, atau habis mendarat dari Bali, mereka beristirahat di Banyuwangi,” jelas Arief Yahya.
Lama-lama, amenitasnya semakin kuat. Atraksinya juga semakin variatif. Untuk sekadar menginap semalam, menjadi sayang. Karena ada banyak objek destinasi yang tidak sempat dilihat. “Kebetulan, objek alamnya juga bagus-bagus, punya pantai yang bagus, ada yang cocok untuk surfing, ada yang cocok untuk snorkeling diving, ada yang pasir merah, ada yang pasir putih. Inilah yang menjadi ujung tombak dan penopang ekonomi warganya,” kata dia.
Jika kini salah satu pelatihan SDM dari Kemenpar digeber di Banyuwangi, itu karena prospek kawasan ini semakin memikat di masa depan. M Yanuarto Bramuda, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, menjelaskan, saat ini sedang dilakukan Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan, yang melibatkan komponen-komponen pelaku Pariwisata. “Ini langkah nyata kami, bersama Kementerian Pariwisata,” jelas Yanuarto.
Pelatihan itu untuk menyuntikkan semangat untuk pejabat daerah dan stakeholder pariwisata di Hotel Ketapang Indah Banyuwangi. Ada Pokdarwis, PKL obyek wisata, agen travel, perhotelan, restoran, media dan para stakeholder yang terkait dengan kepariwisataan di Banyuwangi.
Acara yang digelar selama dua hari tersebut, dihadiri empat narasumber sebagai pemateri. Antara lain, Yanuarto, Alief Rahman (Kadis Koperasi dan UMKM), Hary Cahyo Purnomo (Kadisperindagtam), dan H. Asma’i Hadi (Ketua PHRI Banyuwangi).
“Coba kita sama-sama belajar dari Bali. Sembahyang di Bali saja bisa ‘dijual.’ Bahkan turis pun jadi ikut sembahyang,” kata Yanuarto mencontohkan bagaimana muatan lokal bisa digali menjadi potensi pariwisata. Wisata budaya, event berbasis budaya, menjadi cara yang dipilih Banyuwangi untuk mengangkat potensi daerahnya.
Untuk menuju ke sana, tentu perlu SDM berkualitas. SDM tanggu yang penuh kreasi. SDM yang bisa berinovasi. Pelatihan dasar SDM Kepariwisataan pun digelar. Pelatihan ini melibatkan komponen-komponen dan pelaku-pelaku Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Harapannya, Kabupaten berjulukan The Sunrise of Java ini minimal bisa mempertahankan penghargaan dari Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/UNWTO), Januari 2016 silam. Saat itu Banyuwangi menyabet UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori ”Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola.”
Saat ini, wisata budaya, even berbasis budaya, menjadi cara yang dipilih Banyuwangi untuk mengangkat potensi daerahnya. Daerah, kata Yanuarto, harus dilihat sebagai produk. Layaknya sebuah produk yang digemari konsumen, dan punya pelanggan setia, harus diperkenalkan, dipromosikan, dengan berbagai cara dan kemasan yang unik dan menarik.
“Okupansi hotel di Banyuwangi selalu mencapai 100 persen setiap kali menggelar even , karnival atau pun festival yang mengangkat budaya lokal karena Banyuwangi punya banyak SDM yang kreatif. Virus ini yang kita tebarkan saat pelatihan,” terangnya. (*)