MENTERI Pariwisata Arief Yahya mendorong industri kreatif berbasis pariwisata untuk terus berpacu dalam inovasi. Tidak harus menemukan sesuatu yang baru dan orisinal, mengamati, memodifikasi, dan menjadikan produk baru sudah cukup untuk bersaing di pasar global.
Hal itu diungkapkan Menpar saat mengunjungi Omah Kecebong, resort bergaya trasidional Jawa di Sleman, Yogyakarta. “Untuk environment dan community aspec-nya sudah sangat bagus. Tinggal disupport aspek economic-nya seperti promosi,” ucap Arief Yahya mengomentari Omah Kecebong yang digagas Hasan Setyo Prayogo itu.
Menpar Arief langsung merasakan atmosfer tradisional Jawa dan nilai budaya di lokasi Jalan Sendari RT02 RW18 Dusun Sedari, Tirtoadi, Mlati Sleman, Yogyakarta itu. Di situs www.tripadvisor.com, nama Omah Kecebong juga sudah cukup popular. Ada yang menyebut “My Comfortable Place, clean, away from the noise and the natural shade of green and a veriety of rare plants.” Ada yang berkomentar sebagai “the second home.” Ada juga yang heboh karena ada gerobak yang ditarik sapi dan menjadi truk pengangkut barang di zaman dulu.
“Sayur lompongnya enak. Ini terbuat dari batang pohon talas,” kata Arief Yahya yang hobinya masakan tradisional, seperti tempe, tahu dan sayur-sayuran itu. Arief juga hobi dengan masakan daerah seperti Ayam Taliwang Lombok, kepala ikan Belitung, dan masih banyak jenis kuliner tradisional.
Beberapa kegiatan juga sudah mulai banyak dilakukan di Omah Kecebong, baik sosial, pariwisata, maupun aktivitas sastra dan budaya. “Saya lihat Pak Menpar Arief Yahya juga terkesan dengan beberapa masakan khas tradisional Jawa di sini, ada sayur oseng lompong, nasi bakar. Rasanya sangat khas dan tidak banyak restoran atau rumah makan yang menyediakan menu Jawa tempo dulu seperti yang kami sajikan,” kata Hasan Prayogo.
Selain itu, lanjut Hasan, Menpar juga terkesima dengan berbagai holtikultura yang ditanam dan hidup subur di Omah Kecebong itu adalah buah-buahan langka. Seperti blackberry, cherry Vietnam, kacang amazon, buah ajaib, yang hampir pasti tidak akan ditemukan di objek wisata mana pun juga. “Tiap malam, kami dihibur oleh konser kodok ngorek, dan tiupan fluit jangkrik. Tidak mudah menciptakan suasana kampung zaman dulu dengan segala sentuhan atmosfer yang artistik seperti ini,” jelas Hasan.
Kuno itu banyak yang bisa. Dengan barang-barang zaman dulu pun, suasana kuno itu sudah langsung tercipta. Sekadar kuno saja itu bisa menciptakan persepsi yang berbeda-beda. Tetapi kuno yang menyenangkan, sensasi yang bersih, segar, high taste of hospitality dan keren, itu memberi kesan yang lebih kuat dan dipikirkan dengan baik. “Kami berterima kasih kepada Pak Menteri yang sudah hadir di Omah Kecebong, banyak inspirasi marketing dari Pak Menpar,” ungkap Hasan. (*)