KALAMANTHANA, Penajam – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur terus memantau peningkatan suhu udara untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di daerah itu.
“Beberapa pekan terakhir tidak turun hujan dan terjadi peningkatan suhu udara sehingga kami terus memantau situasi dan kondisi agar tidak terjadi kebakaran,” kata Kepala BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara Andi Dahrul saat dihubungi di Penajam, Sabtu (9/4/2016).
Potensi kebakaran lahan, hutan dan kawasan permukiman di Kabupaten Penajam Paser Utara, menurut Andi Dahrul, cukup tinggi karena sampai saat ini kawasan itu tidak diguyur hujan, sehingga mengakibatkan suhu udara meningkat.
“Kelembaban udara di wilayah Penajam Paser Utara saat ini cukup rendah. Kondisi ini rentan menyebabkan kebakaran lahan dan hutan, termasuk kawasan permukiman,” jelas Andi Dahrul.
BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara, lanjut dia, mengimbau masyarakat di daerah itu untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran dan meminta warga yang akan membuka lahan agar tidak dilakukan dengan cara membakar.
“Masyarakat yang berada di kawasan hutan dan lahan pertanian untuk tidak melakukan pembukaan dan pembersihan lahan atau hutan dengan cara dibakar,” katanya.
“Kami juga berkoordinasi dengan TNI, Polri dan relawan agar terus memantau dan mewaspadai risiko terjadinya kebakaran,” ujar Andi Dahrul.
BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi dan mengatasi risiko terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kawasan pemukiman.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Temindung Samarinda Sutrisno menyatakan wilayah Kalimantan Timur mengalami anomali cuaca sehingga sebagian kawasan di daerah itu belum diguyur hujan.
Kaltim bagian pesisir seperti Kota Samarinda, Balikpapan dan Kabupaten Berau juga terjadi penyimpangan dari kondisi normal.
“Jadi, kawasan Kota Samarinda, Balikpapan termasu wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Berau memang tengah terjadi anomali sehingga sampai saat ini hujan belum turun,” katanya.
Anomali itu, kata dia, disebabkan Monsun Asia yang ditandai dengan angin baratan yang membawa uap air cukup banyak diatas Kaltim, masih terhambat oleh angin timuran. (ant/akm)