KALAMANTHANA, Buntok – Pemerintah Kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah, harus turun tangan mengatur pasar yang ada di Buntok. Para pedagang Pasar SAIK di Pelabuhan Beringin mengeluh berkepanjangan dan merasa terdesak setelah munculnya Pasar Subuh.
Sejak adanya pasar subuh di kota Buntok tiga tahun lalu, para pedagang yang ada di Pasar SAIK mengeluh dan merasa terdesak karena pendapatan mereka menurun. Hal ini terutama dirasakan oleh para pedagang sayur mayur dan sejenisnya.
“Dengan adanya aktivitas yang aktif di Pasar Subuh, otomatis jumlah pembeli terbagi bahkan lebih banyak pembeli di Pasar Subuh ketimbang di Pasar Besar atau Pasar SAIK. Ini jelas berimbas kepada penghasilan kami yang kian hari menurun semakin tajam, lantaran sepi pengunjung”, ungkap seorang pedagang Pasar SAIK Jamal kepada KALAMANTHANA, kemarin.
Jamal membeberkan, pada awalnya lokasi Pasar Subuh itu hanya sebagai tempat jual beli dari dari para pemasok barang ataupun bahan – bahan yang akan dijual oleh para pedagang. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini justru berubah menjadi pasar yang cakupannya terbilang besar. “Hal tersebut menjadi tanda tanya besar bagi para pedagang Pasar SAIK. Apalagi para pedagang Pasar Subuh lebih banyak datang dari luar daerah Barsel,” ungkapnya.
Pedagang lain yang minta namanya diinisialkan menjadi MS menuturkan, sejak ada aktivitas Pasar Subuh di area Taman Kota Iring Witu, kondisi di Pasar SAIK makin hari makin sepi. Imbasnya, para pembeli lebih dahulu menyambangi Pasar Subuh, karena pasar tersebut mulai beroperasi dini hari hingga pagi hari. Padahal barang yang ditawarkan sama dengan yang ada di Pasar SAIK.
MS mengharapkan, pemerintah turun tangan menyikapi hal ini, karena para pedagang Pasar SAIK pernah mengeluhkan hal ini, tetapi tidak pernah ada tanggapan. “Penempatan lokasi Pasar Subuh itu tidak tepat, karena masih berada di wilayah taman kota. Padahal taman kota sebagai wajah kota yang bersih. Semestinya lokasi pasar berada di tempat khusus untuk pasar,” ujarnya (fik)