KALIMANTHANA, Sampit – Pembajakan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf membuat otoritas pelabuhan kian berhati-hati. Tak terkecuali di Sampit, Kalimantan Tengah. Mereka mengingatkan nakhoda meningkatkan kewaspadaan.
“Memang ada imbauan pusat pascainsiden pembajakan beberapa kapal asal Indonesia. Kami juga mengimbau perusahaan untuk hati-hati dan meningkatkan kewaspadaan,” kata Kepala KSOP Sampit, Benny Noviandinudin di Sampit.
Beberapa waktu lalu 10 anak buah kapal yang merupakan warga negara Indonesia dibajak dan disandera kelompok Abu Sayyaf saat melintas di Filipina Selatan. Hingga saat ini nasib mereka belum jelas. Beberapa hari lalu, dua kapal penarik tongkang batu bara berbendera Indonesia kembali disandera di perbatasan Filipina-Malaysia.
Kejadian ini menjadi perhatian serius, apalagi hingga kini nasib para warga negara Indonesia itu belum ada kejelasan. Kewaspadaan pun ditingkatkan agar kejadian serupa tidak terulang, bahkan pemerintah mengeluarkan larangan berlayar melintasi perairan Filipina.
“Kita memang ada ekspor di antaranya CPO (crude palm oil atau minyak kelapa sawit) tapi rutenya tidak ada melintasi kawasan rawan pembajakan itu. Itupun ada saat-saat tertentu saja yang tujuannya ke China. Tapi kami tetap mengimbau agar nakhoda dan awak kapal tetap waspada,” tambah Benny.
Sebelumnya, hal serupa juga diingatkan Syahbandar Banjarmasin. Mereka malah melarang kapal untuk melintas menuju Filipina menyusul terjadinya dua kali peristiwa penyanderaan itu. (ant/ama)