KEMENTERIAN Pariwisata Kemenpar terus menjajaki semua platform online untuk menajamkan promosi Wonderful Indonesia hingga ke level sales. Bukan hanya bermain di mesin pencari seperti Baidu atau Google, tapi sampai ke tahap booking dan payment yang konkret.
“Bahasa jelasnya, kami ingin program digital marketing yang konkret, dengan angka yang jelas untuk mengejar target kunjungan 12 juta di 2016 ini,” ujar Menpar Arief Yahya, saat menerima James van Zorge, Alibaba.Com Group di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar.
Mantan Dirut PT Telkom ini memang banyak menyentuh market Tiongkok dengan online platform yang sudah memiliki nama besar. Alibaba Group adalah e-commerce yang paling besar, dengan market share hampir 75% di Negeri Tiongkok.
Trend belanja barang maupun jasa di negeri berjulukan Tirai Bambu itu pun sudah mulai bergeser. Tidak lagi dominan dengan cara tradisional, datang ke toko atau supermarket lagi. Termasuk sistem pembayaran, atau payment-nya, juga sudah jauh meninggalkan pola uang tunai. “Perubahan lifestyle ini tidak bisa dibendung lagi. Belanja online jauh lebih murah, lebih mudah, lebih simpel, dan sampai pada delivery service,” ujar Arief Yahya.
“Di China, untuk look, atau searching, orang sudah familiar memilih, mencari dan menentukan destinasi leisure, melalui online media. Persentasenya hampir 70%. Mesin pencari yang terbesar di China adalah Baidu, semacam Google-nya Tiongkok. Kemenpar sudah bekerja sama dengan Baidu, sehingga dengan beberapa key word, pengguna jasa internet sudah langsung disuguhi gambar, paket-paket wisata, lengkap dengan harga dan teknis pembayaran,” kata Marketeer of the Year 2013 ini.
Baidu sendiri sudah joint dengan Ctrip, online travel agent (OTA) yang juga terbesar di China, dengan market share 68,9%. Ketika orang searching dan sudah menemukan lokasi yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah book dan pay. Di sinilah peran CTrip, sebagai travel agent dan travel operator yang mengemas paket-paket wisata sampai pembayaran.
Sebagai perusahaan yang berangkat dari travel konvensional, Ctrip sudah memiliki network yang solid dan jumlahnya ribuan, baik dengan hotel, pesawat, sampai ke wisata.
“Pola Baidu dan Ctrip saya sebut dari kiri ke kanan. Dari look, book, ke pay,” ungkap Menpar.
Berbeda sejarahnya dengan Alibaba group, yang bergerak dari arah berlawanan. Yakni, dari kanan ke kiri. Alibaba berangkat dari commerce, atau pay, lalu membangun platform online travel agent (OTA) dengan nama New Alitrip Travel Brand, sejak Oktober 2014.
Alibaba sendiri, juga berkolaborasi dengan Ctrip pada paket-paket yang belum dimiliki oleh Alitrip. Tetap saja ada irisan, ketika orang membuka Alibaba lalu mencari paket yang belum tersedia di Alitrip, maka system bisa masuk ke Ctrip, yang sudah memiliki paket lebih lengkap.
Maka look-nya menggunakan Alibaba, book dan pay-nya bisa menyeberang ke platform Ctrip. Dalam bisnis, itu biasa terjadi. Menerobos melalui pintu mana saja. “Karena itu, saya minta Alibaba untuk cepat merumuskan cara yang paling konkret, untuk merebut pasar China, yang tahun 2015 lalu lebih dari 110 juta outbond tourism. Yang masuk ke Indonesia hanya 1 persen saja? Terlalu kecil, untuk ukuran atraksi yang ditawarkan Wonderful Indonesia,” kata Arief Yahya.
James van Zorge pun menjanjikan Minggu depan konsep itu akan dipresentasikan kembali ke Kementerian Pariwisata. (*)