KALAMANTHANA, Muara Teweh – Kasus malaria di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, cenderung menurun. Mereka bahkan dapat sertifikat Eliminasi Malaria 2014. Tapi, kewaspadaan tetap perlu dijaga.
Itulah sebabnya, Dinas Kesehatan Barito Utara menggelar pertemuan monitoring dan evaluasi penyakit malaria bagi petugas rumah sakit dan puskesmas yang tersebar di sembilan kecamatan setempat.
“Monitoring evalusi malaria merupakan salah satu cara untuk mengetahui kekurangan, kelemahan dan kekuatan serta meningkatkan kemampuan pengelola program malaria dalam segi perencanaan dan implementasi kegiatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Barito Utara, Robansyah di Muara Teweh, Kamis.
Menurut Robansyah dengan melihat besarnya kepentingan monitoring evaluasi malaria, maka dipandang perlu adanya satu pertemuan yang menjadi wahana mengumpulkan ide, masukan pendapat, saran dan melatih kemampuan petugas pengelolaan program malaria.
Pertemuan ini diharapkan upaya pemberantasan penyakit yang bersumber dari binatang (P2B2), sekarang berganti menjadi pengendalian dan pemberantasan tular, virus dan zooosis (P2PTVZ). Semua ini diharapkan dapat berjalan sesuai terget, khususnya malaria dapat dipertahankan status Eliminnasi Malaria Kabupaten Barito Utara.
“Apalagi Barito Utara merupakan salah satu kabupaten yang pada 2014 lalu mendapat sertifikat Eliminnasi Malaria dari Kementerian Kesehatan RI,” katanya.
Dia mengatakan, agar eleminasi malaria dapat dipertahankan perlu dilakukan pertemuan pengendalian malaria secara terus menerus. Meski kasus malaria sudah jarang ditemui, kegiatan surveilans migrasi harus terus ditingkatkan baik dari tingkat Poskesdes, Pustu, Puskesmas hingga kabupaten.
Kejadian malaria di Kabupaten Barito Utara cenderung menurun, dengan annual paracite incident (API) pada tahun 2014 yaitu sebanyak 54 kasus (API 0,41 persen) turun menjadi 23 kasus (API 0,18 persen) pada tahun 2015 dari 127.479 jumlah penduduk.
Akan tetapi upaya pengendalian malaria masih terus ditingkatkan, karena sebagain wilayah Puskesmas di Kabupaten Barito Utara kasus malaria masih tinggi.
“Tahun 2016 sejak 1 Januari-14 April 2016 Puskesmas Lampeong melaporkan terdapat 9 kasus malaria dengan status kasus impor (lama tinggal dan bekerja di Kalimantan Timur),” jelas dia.
Kegiatan itu diikuti sebanyak 35 peserta dengan rincian pengelola malaria 17 orang, mikroskopis malaria 17 orang dan crossceker malaria satu orang. Untuk narasumber kegiatan ini dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Rita Juliawati. (ant/akm)