KALAMANTHANA, Buntok – Riko bin Mawardi meregang nyawa dalam sebuah perkelahian maut di Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Bagaimana kronologis peristiwa tersebut. Berikut pengakuan seorang saksi mata.
Saksi tersebut adalah M Rizky Pratama bin Endrawan. Pria berusia 18 tahun itu dijadikan sebagai salah satu saksi oleh pihak Polres Barsel. Rizky, sebagaimana dikemukakan Kapolres Barsel AKBP Sukron melalui Kasatreskrim AKP Ahmad Budi Martono, dipanggil korban Riko sebelum peristiwa tersebut.
Pada saat dirinya menghampiri korban, tiba-tiba di saat bersamaan datang Nopiharta dan langsung mendorong Riko tanpa tahu permasalahannya. Riko sampai terjatuh.
Setelah itu, Riko bangkit dan langsung memukul Nopiharta hingga terjadi perkelahian. Duel itu berlangsung di pinggir jalan raya Ampah-Muara Teweh.
“Melihat perkelahian itu, tiba-tiba Rekop (26) berlari membawa senjata tajam jenis badik ke arah mereka yang sedang duel. Tidak lama kemudian, Riko berlari ke arah barak sambil berteriak ‘tolong aku’,” kata Kasatreskrim menirukan keterangan saksi Rizky, kepada KALAMANTHANA, Rabu (4/5/2016).
Kemudian orang dari dalam barak keluar, lanjut dia, untuk menolong korban serta membawanya ke Puskesmas Desa Patas. Namun sebelum sampai puskesmas, korban meninggal dunia terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil visum korban meninggal dunia akibat luka tusuk mengenai tulang rusuk belakang bagian atas sebelah kiri dengan lebar mata luka sekitar tiga centimeter.
Dalam peristiwa berdarah tersebut, Rekop, warga desa Tamparak Layung dirujuk ke RS Dorys Sylvanus Palangkaraya dan Dedi Irama warga desa Luwir dirawat di RS Jaraga Sasameh Buntok akibat luka tusukan.
Saksi tidak tahu siapa yang melakukan penusukan terhadap ketiganya karena pada saat kejadian suasana gelap. Namun saksi melihat pertama bahwa Rekop yang berlari membawa senjata tajam.
“Saat ini kita baru menetapkan Nopiharta sebagai pelaku. Dia ini temannya Rekop. Rekop belum bisa dimintai keterangan karena masih dirawat secara intensif di RS Dorys Sylvanus Palangka Raya,” ungkap Ahmad Budi.
Sebelumnya berdasarkan keterangan Dedi Irama, 29, warga Desa Muara Singan, salah satu korban luka, sebelumnya mereka bercanda di warung, namun tiba-tiba terlihat Rekop berlari membawa senjata tajam.
“Setelah itu ada teriakan meminta tolong, sayapun berlari untuk melerai, namun sial sayapun kena sabetan senjata tajam di perut,” bebernya singkat.
Karena kondisi Dedi Irama semakin memburuk, hari ini ia dirujuk kerumah sakit Amuntai.(fik)