JARINGAN hotel internasional di Indonesia terus tumbuh ibarat cendawan di musim hujan. Salah satunya, Premier Inn. Operator asal Inggris ini melebarkan sayapnya ke Yogyakarta. Hotel tersebut siap membidik wisatawan mancanegara maupun domestik melalui pembukaan Premier Inn Yogyakarta Adisucipto.
“Tren hunian kamar hotel di Indonesia tak pernah surut. Pertumbuhannya sangat pesat. Terutama Yogya yang sudah menjadi kota tujuan wisata. Bagi kami, Indonesia adalah pasar yang sangat strategis,” papar Chief Operations Officer Premier Inn International, Adam Nicholls.
Kawasan di sekitar Bandara Adisutjipto akhirnya jadi persinggahan Premier Inn International. Lokasinya strategis, dekat bandara, akses ke Yogya dan Solo, Candi Prambanan dan Ratu Boko satu garis dengan Borobudur. Ini sangat memudahkan aktivitas tamu bisnis maupun turis. “Termasuk bagi mereka yang berkunjung ke Yogya sekadar transit antar penerbangan. Premier Inn International juga tidak jauh dari pusat perbelanjaan dan destinasi wisata seperti Jalan Malioboro dan Keraton Jogjakarta,” urainya.
Chief Executive Officer Premier Inn International, Aly Shariff, menyambut baik kerja sama dengan operator hotel internasional. Pemilihan Premier Inn tidak terlepas dari latar belakang yang ditetapkan sebagai jaringan hotel terbesar di Inggris oleh Which Survey pada 2015. Tercatat sudah lebih dari 700 hotel bujet dan 60.000 kamar di Inggris dan Irlandia. Termasuk di dalamnya delapan hotel Premier Inn di seluruh Uni Emirate Arab dan India.
Perusahaan ini juga akan membangun membangun hotel di Thailand, Singapura dan Malaysia.
“Saya sangat yakin, kehadiran Premier Inn Yogyakarta Adisucipto akan memberikan standar tersendiri untuk industri pariwisata, khususnya di Yogya,” terangnya.
Sebagai pengelola, Premier Inn investasikan dana sekitar US$ 40.000 sampai US$ 50.000 per kamar dengan luas kamar sekitar 21 meter persegi. Premier Inn mengincar keluarga dan bisnis yang membutuhkan kunjungan singkat. “Harga yang bersaing dengan brand yang dikenal menjadi strategi kami. Sebagai hotel bujet, penawaran maupun fasilitas yang dimiliki Premier Inn International bisa memberikan nilai tambah bagi para tamu hotel. Selain tempat menginap, hotel ini juga menyediakan fasilitas meeting rooms,” jelasnya.
Menpar Arief Yahya menyambut gembira pembukaan Premier Inn Hotel di Jogja itu. Teorinya, sebuah destinasi harus memiliki 3A, Atraksi, Akses dan Amenitas. Hotel, resto, cafe, mal, convention center, exhibition termasuk dalam amenitas, yang memang harus disiapkan untuk semua level. “Jika ingin menggenjot wisman, maka akomodasi dan segala kelengkapannya harus disiapkan dengan baik,” ujar Menpar Arief Yahya.
Akses memang masih proses ke Yogya. Bandara Adisucipto semakin overload karena itu harus ditemukan solusi terbaik. Sebelum mendapatkan solusi itu, aktifkan dulu connection Joglosemar, Jogja Solo dan Semarang, yang masing-masing bandaranya sudah berstatus internasional. “Jadi kelak orang mau ke Joglosemar, bisa via Adi Sucipto Yogya, Adi Sumarmo Solo dan Ahmad Yani Semarang, lalu dikoneksi melalui overland, jalur darat,” kata Arief Yahya.
Soal atraksi? “Saya tidak perlu mengajari soal atraksi. Joglosemar itu pusat kebudayaan, pusat keraton, pusat civilization, jadi sudah pasti kuat. Banyak atraksi di Jawa Tengah, dengan ikon Borobudur,” papar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya sudah menginstruksikan Deputi Pengembangan Pariwisata Mancanegara, I Gde Pitana untuk mempromosikan flight Garuda Jeddah-Banda Aceh-Solo melalui media di luar negeri, seperti Aljazeera. Yakni dengan TVC yang ilustrasinya Aceh dan Joglosemar. “Bandara Solo akan semakin hidup, untuk masuk ke pasar Joglosemar dengan originasi Timur Tengah,” kata Arief Yahya.
Seperti diketahui, Solo sudah mulai menerbangkan Garuda ke Jeddah via Banda Aceh. “Solo makin hidup, seminggu dua kali ada penerbangan ke Jeddah dari Solo. Tinggal mambuat paket wisata yang lebih banyak dan kreatif saja. Utilitas Solo masih oke. Minggu depan ada 4 Charter flights dari Shanghai ke Solo dengan GA juga,” ujar Prasetyo Ariwibo Ariwibowo, Kadispar Jateng. (*)