KALAMANTHANA, Samarinda – Operasi tangkap tangan (OTT) atas dugaan pungli dan pemerasan di Pelabuhan Peti Kemas Palaran, Samarinda, membawa berkah bagi banyak pihak. Utamanya bagi pelaku usaha di dalam dan sekitar pelabuhan.
Supri, salah seorang pengemudi truk, termasuk salah satu yang menikmatinya. Sudah empat tahun dia beraktivitas, membawa truknya keluar masuk pelabuhan peti kemas. Beragam pungutan dia alami, terutama saat hendak masuk ke kawasan pelabuhan.
“Sekarang sudah nggak bayar lagi. Kalau sebelumnya, setiap masuk ke sini bayar Rp20 ribu. Sehari bisa dua kali ke sini. Kalau nggak bayar, ya nggak boleh masuk,” ujar pengangkut kontainer dari Palaran itu, Senin (20/3/2017).
Yang tak kalah senangnya tentu saja PT Pelabuhan Samudera Palaran (PSP). Selama ini, mereka membenarkan jumlah buruk yang dipasok oleh Koperasi Samudera Sejahtera (Komura) terlalu banyak. Padahal, proses bongkar-muat peti kemas lebih banyak dilakukan secara mekanikal, menggunakan crane.
Kapolda Kaltim, Irjen Safaruddin, Senin meninjau areal Terminal Peti Kemas (TPK), tempat di mana OTT dilakukan pada Jumat lalu. Peninjauan ini untuk membuktikan bahwa OTT yang dilakukan Polri tak mempengaruhi kegiatan operasional di pelabuhan.
“Langkah-langkah penindakan yang kita lakukan tidak berpengaruh terhadap arus bongkar muat barang di Pelabuhan Palaran ini. Kita akan pantau terus,” ujar Safaruddin.
Peninjauan dilakukan di areal TPK melihat dari dekat pos yang digunakan untuk memungut uang terhadap setiap kendaraan yang masuk, juga dialog dengan salah satu satpam yang sedang berjaga. (ik)