KALAMANTHANA, Penajam – Bupati Penajam Paser Utara, Abdul Gafur Mas’ud (AGM) mengatakan pasca kejadian kericuhan di wilayahnya, para pengungsi ditempatkan di fasilitas pemerintah dan keluarga mereka. Jumlah korban terdampak sudah didata pihak kecamatan.
“Kami kedatangan Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Pak Yakobus Kumis untuk meredam jangan sampai isu ini dibuat-buat untuk orang-orang tidak bertanggung jawab. Ini sebenarnya kesalahpahaman. Di PPU tidak ada bentrok, hanya ada aksi unjuk rasa. Kebetulan ada terjadi kebakaran, di mana yang melakukan aksi ada di tengah-tengah pelabuhan, hingga suasanan tidak kondusif,” jelas AGM, Kamis (17/10/2019).
Dikatakan AGM, pihaknya akan berkomunikasi lagi karena banyak isu-isu dari media sosial yang seakan-akan di PPU tidak aman, tetapi fakta di PPU semua aman, pegawai bisa berkantor dan anak-anak bisa sekolah.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Kapolda Kaltim dan Pangdam Mulawarman, siapa yang provokatornya. Termasuk yang mengupload di media sosial yang tidak tahu masalahnya, tetapi menjadi masalah di lainnya,” papar AGM.
Sebelumnya, kelompok pengunjuk rasa di Pelabuhan Ferry sempat merusak loket penjualan tiket perahu klotok dan speedboat, yang berujung pada penghentian operasional pelabuhan pada Rabu (16/10).
Hal tersebut membuat Kapolres PPU AKBP Sabil Umar, bahkan juga Kapolres Paser AKBP Roy Satya Putra turun langsung menemui pengunjuk rasa. Mereka menawarkan dengar pendapat di Kantor Pemkab PPU, namun para pengunjuk rasa tidak sepakat.
Pada pukul 15.30, jumlah para pengunjuk rasa terus bertambah dan mulai melakukan aksi pembakaran. Loket tiket yang sudah dirusak tadi dibakar.
“Pada
pukul 17.15 Wita Kapolda Kaltim tiba di lokasi dan langsung melakukan komando
untuk mengendalikan situasi,” tutur Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Ade
Yaya Suryana.
Pada pukul 19.00 situasi sudah terkendali dan para pengunjuk rasa pun bubar.
(hr)