KALAMANTHANA, Kasongan – Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia di pedesaan terkait stunting, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (PMD) Katingan gelar pelatihan, Selasa (5/7/2022).
Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks, tidak semata-mata karena kurangnya asupan makanan. Di indonesia banyak faktor yang menjadi penyebab masalah gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Masalah langsung dipengaruhi oleh faktor makanan dan faktor tidak langsungnya ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, kesehatan lingkungan serta pola asuh.
Hal tersebut disampaikan Bupati Katingan, Sakariyas dalam sambutannya pada saat kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Pembangunan Manusia (KPM) Dalam Upaya Pencegahan dan Penanganan Stunting, Selasa (5/7/2022).
Dalam rangka percepatan, perbaikan gizi masyarakat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan presiden nomor 42 tahun 2013 tentang gerakan nasional percepatan perbaikan gizi yang fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Gerakan ini kata Bupati Sakariyas, mengedepankan upaya bersama pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi dengan sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025.
Adapun sasaran tersebut, antara lain :
1.Menurunnya proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen
2.Menurunnya proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen
3.Menurunnya anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen;
4.Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih Menurunnya proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen;
6.Meningkatnya presentase ibu yang memberikan asi ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50 persen.
Melalui rencana aksi daerah pangan dan gizi (RAD-PG) Kabupaten Katingan tahun 2022, Sakariyas mengimbau agar upaya-upaya perbaikan gizi di sektor kesehatan selalu didukung oleh sektor non kesehatan.
Terkait isu yang belum terselesaikan saat ini termasuk upaya perbaikan gizi 1000 hari pertama kehidupan (HPK) menjadi salah satu point penting yang dilakukan melalui pendekatan keluarga.
Diharapkan strategi pelayanan terintegrasi antar upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM), pendekatan ini dilakukan melalui proses pembelajaran yang berkesinambungan diawali dengan identifikasi masalah di tingkat rumah tangga, merumuskan alternatif pemecahan bersama, menetapkan dan melaksanakan kegiatan serta pemantauan evaluasi.
“Keempat proses ini akan didampingi/difasilitasi oleh pendamping/fasilitator yang dapat berasal dari kader maupun tenaga kesehatan,” kata Bupati Sakariyas.
Sedangkan Ketua Panitia Penyelenggara, Andrei Nathanael menjelaskan, kegiatan menghadirkan narasumber dari: Dinas Kesehatan Katingan, Bappelitbang Katingan, TP PKK Katingan, Tenaga Ahli P3MD Katingan.
Peserta sebanyak 102 orang, terdiri dari pemerintah desa dan kader pembangunan manusia di tiga kecamatan yaitu: Marikit, Katingan Hulu dan Bukit Raya.
Nathanael yang juga sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa ini menjelaskan tujuan dari kegiatan yaitu meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia di pedesaan.
Meningkatkan kepedulian masyarakat dan pemerintah desa dalam penanganan dan pencegahan masalah stunting di tingkat desa. “Juga meningkatkan konvergensi dan koordinasi lintas sektor,” tambahnya. (srs)